Surabaya – MAN Kota Surabaya. Meningkatkan kualitas hidup adalah upaya yang dilakukan hampir semua manusia. Namun,  memberikan pendidikan dan pemahaman tentang kualitas hidup manusia  berdasarkan kesehatan reproduksi, gizi, dan usia  matang untuk memasuki pernikahan, menjadi tanggung jawab orang tua dan pemerintah.

BKKBN provinsi Jawa Timur, sebagai lembaga negara yang bergerak di bidang keluarga berencana, meliputi kesehatan reproduksi, gizi, dan usia pernikahan, melakukan sosalisasi dan pembinaan kepada 650 orang siswa kelas XI MAN Kota Surabaya. Kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan moment hari guru nasional. Pada moment inilah, BKKBN Provinsi Jawa Timur, melakukan sosialisasi, pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi dan dampak buruk pernikahan dini bagi remaja pada Jum’at 24 November 2023. Bertempat di aula besar MAN Kota Surabaya, kegiatan yang diprakarsai oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) bersama PIJAR (Pokja Insan Jurnalistik Keluarga Berencana) ini, berjalan dengan baik, lancar, dan semarak.

Bapak Fathorrahman, Kepala MAN Kota Surabaya, bersama Tim OSIS membawa piagam deklarasi Stop Pernikahan Dini.

Bapak Fathorrahman, Kepala MAN Kota Surabaya,  memberi sambutan yang hangat terhadap program ini. Beliau menyampiakan terimakasih juga berharap agar kelas-kelas yang lain juga menerima materi seperti ini.

“Terimakasih kami sampaikan kepada BKKBN dan Pijar, berharap juga  suatu saat, untuk kelas kelas yang lain juga diberi pembekalan materi seperti kelas XI ini. Dan untuk anak anakku semuanya, pada saat penyampaian materi nanti, tolong kalian menyimak dengan baik, kalian bisa menerima dengan baik materi tersebut dan dengarkan dengan baik,” ungkap Bapak Fathorrakhman dalam salah satu statement sambutannya.

Setelah itu, Ketua OSIS MAN Kota Surabaya, Muhammad Fijayshi Auliaurrahman, didampingi beberapa anggota OSIS lain, membacakan pernyataan deklarasi stop pernikahan dini. Secara umum isi dari deklarasi tersebut mengajak generasi muda, generasi millenial, untuk tidak melakukan pernikahan dini, membangun kesadaran untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kompetensi diri. Salah satu poin dari isi deklarasi tersebut adalah mendukung program generasi berencana dengan mengatakan tidak pada Pernikahan Dini, Seks Pra Nikah, Napza, dan Terorisme, guna menjadi remaja yang tangguh, berdaya saing dan berprestasi. Deklarasi stop pernikahan dini  merupakan upaya membentuk generasi berkualitas serta penurunan angka stunting (kekuranan gizi) pada anak. Pesan pada deklarasi yang menolak pernikahan dini tersebut,  merupakan edukasi yang digulirkan BKKBN dan PIJAR kepada generasi millennial. Hal itu menjadi upaya membentuk generasi hebat di masa datang.

Muhammad Fijayshi Aiuliaurrahman, Ketua OSIS MAN Kota Surabaya, bersama Tim OSIS sedang membacakan rekomendasi deklarasi Stop Pernikahan Dini.

Sementara itu, Ibu Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc, sekretaris BKKBN perwakilan Jawa Timur mengatakan bahwa pada saat ini, angka stunting, gizi buruk pada anak, semakin meningkat di Jawa Timur. Hal ini  dipicu oleh angka pernikahan  usia dini yang tinggi di Jawa Timur. Oleh karena itu, diakhir sambutanya, beliau berpesan kepada seluruh siswa MAN yang saat ini sedang berada di aula mengikuti kegiatan tersebut.

“Menunda pernikahan dini, berimbas pada kualitas generasi berikutnya. Jadilah generasi berencana, yaitu generasi yang harus merencanakan dengan baik tentang sekolahnya, pekerjaannya, dan generasi  yang mengembangan kualitas sumber daya manusia secara berencana,” ungkap Ibu Nyingit.

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Dr. H. Pardi M.Ag, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Surabaya. Beliau bersyukur, siswa MAN Kota Surabaya menerima edukasi tersebut.

”Program ini  pertama diluncurkan. Dan, lembaga pendidikan pertama yang menerima program ini adalah MAN Kota Surabaya. Saya bersyukur anak-anak di MAN Kota Surabaya menerima edukasi seperti ini,” kata Bapak Pardi mengawali materi.   

“Sesungguhnya Allah tidak akan megubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mengubahnya sendiri.   Yang diubah adalah mindset-nya. Cinta itu suci maka jangan dikotori dengan prilaku yang tidak baik. Kalian harus fokus. Fokus pada tugas dan kewajiban masing-masing sebagai pelajar. Saya sepakat kalau madrasah ini adalah madrasah akademik maka kalian harus fokus pada tugas tugas akademik, pada masanya nanti, kalau kalian sudah matang dan sudah kuat secara ekonomi, jodoh itu akan datang sendiri, kalian tidak perlu khawatir. Rosul pun juga mengajarkan bahwa umatku harus kuat,” kata Bapak Pardi.

Pada kesempatan tersebut, Bapak Pardi  juga memberi semangat dan pemahaman kepada siswa–siswi MAN Kota Surabaya yang hadir di tempat itu agar  mereka pandai melakukan trasformasi perilaku. Mind-Mapping, pada mindset-nya  yang dilakukan pemetaan. Artinya, apa yang dilakukan sesuai dengan porsinya, pada masa dan waktu yang tepat. Jika saat ini adalah fokus untuk belajar maka siswa-siswi juga harus fokus belajar. Usia pernikahan yang matang itu lulus S1. Menurut beliau, selama kita, siswa-siswi MAN Kota Surabaya, mau bersandar kepada Allah SWT maka Allah akan memberikan karunianya kepada manusia untuk mencapai derajat setinggi-tingginya.  

Penyampaian materi oleh Dokter Kiki tentang tentang alasan hubungan seksual pada remaja.

Lalu,materi dilanjutkan dengan Dokter Kiki. Beliau menerangkan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, pendidikan seks, pernikahan dini, gizi buruk dan semua yang berkaitan dengan kualitas manusia dari sudut pandang kesehatan. Materi tersebut menarik lantaran disajikan dalam bentuk gambar menarik dan grafik. Tentu saja, materi yang disampaikan mudah diterima oleh siswa.

Ibu Prestiwati, Ketua Pokja Insan Jurnalistik Keluarga Berencana, menyampaikan materi seputar pemberitaan di media massa. Beliau juga menyampaikan  data-data hasil penelitian tentang fenomena meningkatnya pernikahan dini yang dilakukan oleh remaja putri, yang dipublikasikan melalui media. Hal ini tentu saja memperbutuk kondisi masyarakat. Tingginya angka stunting yang disebabkan oleh tingginya angka pernikahan dini. Memunculkan juga angka perceraian karena faktor perekonomian dan kemiskinan. Tentu saja, ini semua terjadi lantaran faktor perencanaan masa depan yang kurang matang. Oleh karena itu, beliau mengajak siswa siswi MAN Kota Surabaya untuk merencanakan masa depan.

“Jadilah generasi berencana. Tidak akan ada masa depan yang cerah tanpa perencanaan hari ini,” kata Ibu Prestiwi.

Beberapa pertanyaan dari siswa pun muncul secara bergantian. Mereka bertanya tentang banyak hal kepada para pembicara. Acara semakin semarak lantaran ada doorpize. Doorprize ini diberikan kepada siswa yang bertanya maupun siswa yang menjawab pertanyaan.

Kegiatan ini cukup memberi edukasi yang konstruktif kepada siswa-siswi MAN Kota Surabaya serta pemahaman tentang upaya perencanaan masa depan dengan menunda usia pernikahan. Agar para remaja (siswa-siswi MAN Kota Surabaya) mempersiapkan diri secara matang sebelum memasuki jenjang pernikahan. Harapannya,  acara ini memberi berkah untuk keluarga besar MAN Kota Surabaya.  Semoga kegiatan ini juga bisa berlajut di episode berikutnya, untuk siswa-siswi MAN Kota Surabaya dari kelas lain, generasi berikutnya.

Ghina, Febrina, Vana, Rayya, dan Dharma (Tim Jurnalistik MAN Kota Surabaya)

Editor : Wiji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *