(Surabaya – MAN Kota Surabaya). Pembelajaran dalam kurikulum merdeka  merupakan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dalam konsep tersebut, terdapat penguatan konten. Artinya, mereka, para peserta didik, memiliki waktu untuk mendalami konsep serta penguatan kompetensi.

MAN Kota Surabaya, sebagai salah satu madrasah yang terletak di ibukota provinsi, sekaligus kota metropolish, berusaha menjawab tantangan pada kurikulum merdeka. Madrasah ini selalu berusaha untuk berinovasi pada Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Inovasi pada IKM pun tersebut, dilaksanakan madrasah ini pada kurun waktu dua tahun.

Seperti halnya yang terjadi kemarin, Kamis, 14 Desember 2023, setelah melaksanakan PAS, siswa kelas X mengadakan bazar kuliner. Mereka, para siswa itu, belajar menjadi enterpreneur. Mereka digiring untuk menciptakan karya sendiri lalu menjualnya. Tentu saja, mereka juga belajar menciptakan teknik marketing penjualan produknya sendiri. Berbagai hal pun dilakukan agar mereka dapat menarik pembeli di standnya masing-masing.

Ada banyak olahan makanan dan minuman hasil karya siswa. Sebelumnya, para siswa itu melakukan eksperimen  produk yang mereka ciptakan. Meminta penilaian kepada guru tentang produk makanan karya mereka tersebut, lalu memperbaikinya. Setelah produk makanan itu dirasa layak jual, mereka memikirkan desain pengemasan. Akhirnya, produk pun layak dijual.

Belajar menyajikan hidangan dengan baik di tengah banyaknya pembeli yang mengantri.

Menumbuhkan motivasi interpreneurship merupakan tujuan dalam proyek P5PPRA untuk siswa kelas X-G sampai X-L. Mereka belajar membuka bazar kuliner di halaman MAN Kota Surabaya. Suasana yang terjadi saat bazar kuliner ini pun terasa sangat meriah dan seru. Rasanya, tidak ada stand yang tidak dipenuhi pembeli.

(Belajar mengolah makanan)

Seluruh stand yang tampil pada bazar kuliner kali ini dihiasi dengan ornamen ornamen yang menarik. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk menarik pandangan mata. Tak heran jika stand yang berjejer itu benar-benar indah sehingga pemikat setiap orang yang melihatnya. Sontak saja, para pembeli itu mendatangi stand-stand tersebut. Tak lupa juga, para penjaga stand menggunakan dresscode nan unik. Ada yang menggunakan dresscode bernuansa baju tradisional, ada yang menggunakan dresscode bernuasa hitam, kuning, kebaya, dan ada pula yang menggunakan dresscode dunia istana. Alhasil, stand stand tersebut stand stand tersebut menjadi makin mencolok. Terlihat juga seorang siswa yang mengenakan kostum monyet lengkap dari kepala hingga kaki.

Begitulah, siswa-siswi tersebut sangat antusias, baik penjual maupun pembeli. Mereka berupaya mengaplikasikan pembelajaran proyek kewirausahaan yang diusung pada kurikulum merdeka ini, dengan baik dan bermakna. Para guru juga ikut berpartisipasi meramaikan stand-stand tersebut. Ditambah dengan ungkapan-ungkapan pantun serta kata-kata penyemangat dari Bu Aliyah sebagai narator yang diiringi musik, acara terasa semakin ramai, semarak, dan seru.   

Tak ketinggalan, ornamen stand yang aduhai.

“Untuk menjadi pegawai sekarang sulit karena formasinya terbatas. Maka para siswa yang merupakan generasi millenial ini dibekali pembelajaran berwirausaha secara riil. Harapannya, mereka memiliki pengalaman berwirausaha,” ungkap Bu Ingrit Ariani Savitri, koordinator proyek 2B fase E.

“Pembelajaran berwirausaha secara riil ini merupakan bekal mereka, generasi milenial ini untuk terjun ke dunia usaha. Mengingat, berkarya di dunia usaha itu, peluangnya masih luas. Karena, sumber daya alam Indonesia itu masih banyak. Ditambah populasi penduduk Indonesia itu luas. Infrastruktur kita itu bagus.  Untuk mencari bahan baku misalnya akan sangat mudah didapat dari berbagai daerah. Teknologi untuk saat ini juga berkembang pesat. Untuk berwirausaha, bisa memanfaatkan teknologi. Dan, mereka, para siswa itu adalah generasi millenial yang cerdas. Itu semua adalah modal besar sekaligus potensi besar untuk berwirausaha,” terang Ibu Ingrit Ariani Savitri, pengampu mapel Biologi MAN Kota Surabaya.

Persiapan pembukaan stand.

Selain melatih kemampuan para siswa untuk berniaga. Ada juga hal yang dikompetisikan pada bazar kuliner kali ini. Ada kategori stand terbaik dan stand dagangan terlaris. Stand yang memenuhi kategori tersebut, akan mendapatkan hadiah dari madrasah.

Stand terbaik pertama bertema “Box Craft” dari kelompok dua kelas X-L. Stand terbaik kedua bertema “Nuansa Tradisional” dari kelompok tiga kelas X-J. Sementara itu, stand terlaris pertama diraih oleh kelompok satu dari kelas X-G, stand terlaris kedua diraih oleh kelompok satu dari kelas X-K.

“Pesan pembelajaran ini sampai pada kita. Kita belajar menjadi seorang entrepreneur. Meski capek, tapi seru,” kata Rian siswa kelas X-H.

Sementara itu, Okta Dwi dan Alfa, siswa dari kelas X-H lainnya juga mengatakan bahwa mereka mendapatkan keuntungan dari berjualan tersebut.

Apresiasi untuk stand-stand terbaik.

“Memang terasa capek. Kami belajar bekerja sama dalam tim. Senang sekali kami mendapat keuntungan,” ungkap Okta Dwi dan Alfa, dari stand kelompok kelas X-H.

“Meski capek, tapi seru,” timpal Reno, siswa kelas X-H memberi tanggapan. 

Ksatria (Tim Jurnalistik MAN Kota Surabaya)

Photo by Akbar (Tim Jurnalistik MAN Kota Surabaya)

Editor : Wiji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *