(Surabaya – MAN Kota Surabaya) — Farrel Aryo Wahyudi menjalani satu tahun pertukaran pelajar di Amerika. Berawal dari mengikuti program Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (KLYES) itulah yang membuatnya terdorong untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Farrel, pelajar Madrasah Aliyah Negeri Kota Surabaya menjadi buah bibir yang hangat di antara guru dan siswa. Pasalnya, remaja kelahiran kota Jakarta ini diterima di 7 universitas top luar negeri. Diantaranya ialah University of British Columbia, University of Toronto, Monash University, University of New South Wales, University of Sydney, Curtin University, dan University of Western Australia.
Dalam segi kecakapan berbahasa Inggris, Farrel telah melakukan persiapan semenjak SD. “Walaupun dulu belum ada bayangan benar-benar akan bisa studi ke luar negeri tapi alhamdulillah dulu mendapat kesempatan untuk bisa punya lingkungan (support system) yang kuat, jadi teman-teman yang bisa berbahasa Inggris, bisa diajak ngomong bahasa Inggris, sehingga bisa terus berlatih bahasa Inggris,” ujar Farrel Aryo Wahyudi dalam Zoom Meeting, Kamis (13/04). Farrel juga menggunakan waktunya untuk mempelajari dan mempersiapkan persyaratan tiap kampus dengan matang dalam kurun tahun terakhir di SMA.
Tentunya untuk berada dititik ini, ungkap Farrel, ada banyak sekali tantangan. Khususnya perihal manajemen waktu. Ketika program beasiswa yang ia terima dimulai, Farrel dihinggapi hiruk-pikuk jadwal dan tugas yang menanti. Seperti bimbingan TOEFL dan bimbingan SAT sepulang sekolah, belum lagi PR dan drama ‘tabrak jadwal’ dengan ujian sekolah. “Apalagi dalam hati itu kan ada pandangan ‘toh aku juga belum tentu lulus ke luar negeri’. Itu memang yang menjadi tantangan terbesar pada saat itu, bahkan hampir give up,” aku Farrel.
Terutama karena kegemaran, Farrel memilih berkecimpung di dunia robotika dan otomasi. Pun setelah melihat perbedaan gaya hidup dan terintegrasiannya semua transpotasi umum di luar negeri membuat Farrel tertarik untuk belajar langsung di negara-negara yang bisa mengembangkan teknologi serupa. Farrel berharap ketika selesai sekolah di luar negeri dan kembali ke Indonesia ia telah membawa dasar produk dan kemajuan teknologi yang ingin dibawanya hingga bisa menjaring di Indonesia dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang ada. “Walaupun misal mereka nggak punya pendidikan khusus dari luar negeri atau kampus terbaik di Indonesia tapi ingin bisa memberdayakan terutama mulai dari komunitas lokal dulu sih. Jadi bisa berkontribusi dalam perkembangan teknologi yang aku sudah pelajari dan aku sudah siapkan dan harapannya bisa menyebar gitu ke mereka bagaimana cara konsep-konsep teknologi ini sehingga memberi kesempatan bagi yang memang belum mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi.”
Farrel melanjutkan bahwa tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Menjadi hal yang wajar ketika mengorbankan sesuatu demi mencapai target, sekalipun yang dikorbankan terlihat menyenangkan. Meski begitu, menjalin hubungan dengan orang terdekat dan menemukan support system yang tepat menjadi hal yang tidak boleh dikesampingkan. [Sahara – Tim Jurnalis MAN Kota Surabaya]