Surabaya, Mei 2025 — Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh MAN Kota Surabaya dalam ajang ALSA Courtlike Debate Championship (ACDC) yang digelar di Universitas Airlangga, Surabaya. Tim debat hukum MAN Surabaya berhasil mempertahankan gelar juara untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, menjadikannya sebagai sekolah yang mencetak hattrick kemenangan di kompetisi debat hukum bergengsi tersebut.
Tim Debat ini terdiri dari tiga siswa yakni Revounnanda Hannizha Hidayatul Syahwa (XI-C), Rizal Sabri Fawaz (XI-F) dan Shafiyyah Hasna Rahman (XI-I)

Sebelum melaju ke ajang ACDC, Tim MAN Surabaya terlebih dahulu melewati tahap seleksi internal, dimulai dari proses pendaftaran hingga uji kemampuan berargumen, untuk menentukan siapa yang paling siap mewakili madrasah dalam kompetisi bergengsi tersebut, tim yang akhirnya terpilih 6 anggota dan dibagi menjadi 2 Tim. Persiapan tim telah dimulai sejak April lalu. Dalam kurun waktu satu bulan, para peserta menjalani latihan intensif, bimbingan dari alumni dan guru pembimbing, serta simulasi debat internal. Hasilnya, kerja keras mereka kembali berbuah manis.
Selama dua hari penuh, ajang bergengsi ALSA Courtlike Debate Championship (ACDC) sukses digelar dan menjadi panggung pertukaran argumen berdasarkan hukum bagi para peserta yang hadir. Kompetisi yang berlangsung intens pada Sabtu 24-Mei-2025 sampai Minggu 25-Mei-2025 di Universitas Airlangga ini mempertemukan puluhan tim debat dari sekolah lain yang bersaing dalam simulasi sidang peradilan dengan format khas ACDC.
Final Chapter AEF (Airlangga English Festival) diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai sekolah. Lomba ini terdiri dari tiga cabang utama: ACDC (debat ala sidang pengadilan), MUN (Model United Nations), dan Essay berbahasa Inggris. Berbeda dari tahun sebelumnya persiapan yang hanya berlangsung dua minggu, tahun ini mereka menjalani persiapan intensif selama satu bulan. Setelah Tim terbentuk mereka langsung mengikuti workshop dan menerima sekitar 10 mosi hukum bertema cyber law, AI, dan digitalisasi, yang dipelajari dari sudut pandang pro dan kontra. Mosi-mosi ini diproses menjadi memorial (naskah argumentasi hukum) Setiap tim terdiri dari dua speaker dan satu observer. Kompetisi menuntut lebih dari sekadar kemampuan debat. Selain menyusun mosi dan skrip sebagai pegangan hari-H, Mereka juga dilatih menyampaikan argumen secara persuasif dalam sesi deliberation langsung bersama guru dan kakak pendamping. Pelatihan ini mencakup teknik berbicara, mimik, serta gesture yang dievaluasi guru saat latihan. Latihan dilakukan setiap hari, baik di sekolah maupun secara daring melalui Zoom setelah pulang ke rumah. Format perlombaan menempatkan pembicara pro dan kontra masing-masing selama 15 menit, dengan total waktu sidang 70 menit, sehingga manajemen waktu menjadi kunci penting. Penampilan, sikap, hingga pengenalan diri di awal penyampaian argumen juga menjadi aspek penilaian penting. Mereka saling beradu argumen dengan juri di hadapan meja hakim, dengan mengaitkan aspek teknologi ke dalam kerangka hukum yang berlaku. Debat berlangsung sengit, disaksikan dan dinilai langsung oleh lima juri profesional.

Tantangan tak hanya datang dari persaingan, tapi juga dari teknis. Salah satu anggota tim bahkan harus mencetak 72 lembar dokumen mosi pada malam sebelum lomba, dengan kondisi printer yang sempat bermasalah. Selain itu, struktur lomba juga berubah jika tahun lalu observer duduk di samping speaker, tahun ini mereka ditempatkan di kursi penonton. Dari total sekitar 42 peserta, tim yang awalnya pesimis dan bahkan tidak berharap menang justru mencatatkan poin victory tertinggi. Final Chapter ditutup dengan closing party dan pengumuman pemenang di hotel. Dari pengalaman penuh tantangan ini, salah dari anggota mereka yang berhasil menang menyampaikan satu pesan kuat untuk adik-adik yang akan mengikuti jejak mereka tahun depan dan seterusnya “Jangan menyerah di tengah jalan, hanya karena bikin mosi itu susah, dan apapun hasilnya, jangan berhenti berjuang.” Ucap Shaffiyah selaku pemenang ACDC 2025
Penulis: Anniy Althofunnisa (Tim Jurnalistik MAN Kota Surabaya)
Reporter: M. Daffa Almer dan Alfa Zahira (Tim Jurnalistik MAN Kota Surabaya)
Foto: Dokumentasi Pribadi
Editor: Wiji Laelatul Jum’ah (Humas, Pembina Jurnalistik MAN Kota Surabaya)