#kankemenangkotasurabaya#
#mankotasurabaya#
#hadirsebagaiispirasi#
(Surabaya-MAN Kota Surabaya) Workshop hari kedua pada hari ini, Jum at 15 Agustus 2025, juga tidak kalah menarik untuk disimak. Materi yang disampaikan oleh pembicara hari ini, cukup mengispirasi. Sama menariknya dengan materi hari pertama kemarin. Setelah satu hari menerima materi teknik penulisan non fiksi oleh Prof Syamsul Shodiq, kemarin. Hari ini, MAN Kota Surabaya menghadirkan Prof Anas Ahmadi, Guru Besar UNESA bidang sastra. Menulis karya fiksi adalah materi yang disampaikan oleh Prof Anas Ahmadi.
Sebanyak 88 orang guru MAN Kota Surabaya, masih antusias mengikuti pelatihan di hari kedua ini. Dimulai pukul 08.00 wib, 88 orang guru MAN Kota Surabaya sudah siap menerima materi. Mereka menempati kursi di aula madrasah sejak pukul 07.00 WIB.

Prof Anas Ahmadi saat menyampaikan materi pelatihan kepada guru-guru MAN Kota Surabaya
”Menulis fiksi adalah menulis estetik. Dalam proses menulis puisi, karya tersebut akan terasa lebih pas dan hidup jika penulisnya mengalami peristiwa itu sendiri,” kata Prof Anas Ahmadi saat memulai menyampaikan materi. Praktis saja, kalimat itu menjadi hal menarik bagi seluruh peserta. Mereka menyimak dengan baik.
”Semakin aneh judul itu, semakin menarik,” ungkap Prof Anas Ahmadi. Kalimat ini semakin menggugah rasa ingin tahu para guru. Mereka sangat antusias mengikuti workshop. Prof Anas Ahmadi, seorang professor muda dari UNESA, dengan gaya low profile, pandai merangkai kata dalam kalimat. Banyak teori-teori tentang sastra yang disampaikan dengan bahasa ringan dan meyakinkan sehingga mudah dipahami audiens.
Selanjutnya, menurut Prof Anas Ahmadi ada beberapa kunci teori menulis fiksi. Pertama, karya fiksi dengan bahan dan proses kreatifnya yang berasal dari pengalaman individu. Kedua, menulis fiksi adalah estetik. Ketiga, menulis fiksi adalah menulis imajinatif. Terakhir, menulis fiksi merupakan proses menulis kreatif yang menggunakan bahasa metaforik.
Ada beberapa ungkapan filsuf tentang menulis fiksi yang juga disampaikan oleh Prof Anas. Diantaranya, menulis adalah terapi jiwa bagi penulisnya. Tulisan juga menjadi proyeksi diri dari penulisnya. Fiksi juga menjadi ramalan masa depan. Menurutnya, menulis adalah fantasi. Ungkapan ini merupakan penerjemahan makna bahwa menulis menjadi ladang bagi penulis untuk mengungkapkan imajinasi. Belanja bahan, eksplorasi ide, dan ekstraksi ide adalah tiga hal yang harus ada dalam memulai menulis.
”Bapak ibu, pramenulis terdiri atas belanja bahan( manusia / non manusia), eksplorasi ide, dan ekstraksi ide,” jelas Prof Anas Ahmadi di tengah pemberian materi kepada para guru.

Wajah ceria para guru saat mengikuti materi yang disampaikan oleh Prof Anas Ahmadi
”Kerika Bapak dan Ibu mengalami kesulitan dalam menulis, penyebab pertama adalah kurangnya bahan. Oleh karena itu, perlu ada belanja bahan untuk menulis. Misalnya, kita akan menulis puisi maka kita harus banyak membaca teks- teks puisi. Belanja bahan harus sesuai dengan jenis tulisan yang akan ditulis. Kita juga harus banyak bertanya. Serta, kita mencari ide dengan orang yang tidak dikenal,” lanjutnya.
”Bapak ibu, yang paling mudah adalah memulai menulis dari rutinitas,” kata Prof Anas Ahmadi.
”Menulis itu mudah, bisa berasal darimana saja. Menulis bisa dimulai dari awal, tengah, akhir. Bisa dari akhir, tengah, dan awal. Bisa juga dari tengah, awal, dan akhir. Yang terakhir adalah terserah. Jadi, terserah menulis darimanapun. Apa yang ada di sekitar kita. Rutinitas kita misalnya. Hal itu bisa menjadi bahan untuk menulis. Hal tersebut diperbolehkan. Karena, dalam proses belajar menulis, Bapak dan Ibu harus berani menyampaikan ide. Ide melalui tulisan,” terangnya. Prof Anas Ahmadi, menyampaikan dengan model humoris. Sontak saja para peserta pelatihan tertawa terbahak dengan joke joke yang disampaikan beliau dengan gayanya yang khas.

Para guru, peserta workshop yang sedang konsentrasi mengerjakan tugas menulis fiksi
”Praktik menulis kedua adalah, menulis rutin, menulis sesuai dengan waktu, menulis terbimbing, menulis ala makan pizza, menulis ala makan cemilan, dan menulis ala ibu hamil,” lanjutnya.
“Pascamenulis adalah self editing. Self editing adalah mengedit hasil tulisan kita sendiri. Peer editing adalah proses editing yang dilakukan oleh teman kita sendiri. Authority editing yaitu proses editing tulisan/ naskah yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidang editing,” lanjutnya.
Menurutnya, karya fiksi yang mudah ditulis adalah puisi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menemukan ide kreatif dalam menulis puisi. Pertama, ide kreatif menulis puisi berasal dari aktivitas sehari-hari. Kedua, ide kreatif menulis puisi berasal dari sebuah peristiwa. Ketiga, ide kreatif menulis puisi berasal dari pengalaman yang paling menyakitkan. Keempat, ide kreatif menulis puisi juga bisa berasal dari pengalaman yang menyenangkan. Selanjutnya, beliau juga menyampaikan bahwa ide kreatif menulis puisi juga bisa berasal dari rasa cinta.
”Orang jatuh cinta, sangat mudah menulis puisi. Dia akan menciptakan kalimat kalimat yang estetik. Menulis puisi adalah salah satu proyeksi diri dan sublimasi,” katanya.
Prof Anas Ahmadi selalu berinteraksi dengan peserta workshop. Dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan kepada para peserta, beliau membangun komunikasi. Beliau menyampaikan pertanyaan tentang pengalaman menyedihkan dalam hidup serta pengalaman yang menyenangkan.

Bapak Syaifullah, guru SKI, sesaat setelah menyampaikan kisah bahagia dalam hidupnya
”Pengalaman yang menyenangkan dalam hidup saya adalah ketika saya diberangkatkan umroh oleh seseorang. Bersamaan dengan hal itu, saya diangkat P3K. Selanjutnya, saya menerima anggota baru dalam keluarga, istri saya melahirkan. Ini adalah hal yang saya alami secara berurutan. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi saya,” kata Bapak Syaifullah, guru SKI MAN Kota Surabaya.
Senada dengan Bapak Syaifullah, Bapak Sayudi, guru bahasa Indonesia juga menyampaikan hal yang sama. Beliau menceritakan kebahagiannya saat diangkat menjadi guru PNS oleh negara.

Bapak Sayudi, guru bahasa Indonesia saat menyampaikan kisah bahagia. Disampingi Prof Anas Ahmadi yang duduk di sebelahnya.
Prof Anas lalu melatih para peserta menulis puisi secara bersama sama. Dengan memberikan satu kata sebagai pemantik, beliau memberikan instruksi kepada seluruh peserta untuk menulis puisi. Dalam waktu satu menit, satu topik puisi selesai. Lalu, beliau lanjut dengan kata yang lain sebagai pemantik. Peserta pun diinstruksikan untuk menulis puisi berdasarkan kata pemantik tersebut. Dalam waktu satu menit, para peserta juga berhasil menulis puisi. Begitulah seterusnya. Sampai akhirnya, semua peserta berhasil memproduksi karya puisi sebanyak 20 judul dengan 20 halaman. Sontak saja, saat proses itu suasana aula menjadi hening. Para guru sibuk menulis puisi. Jari jari mereka lincah memaminkan keyboad untuk menorehkan ide dalam rangkaian kata dengan laptobnya masing-masing. Padahal sebelumnya ruangan itu ramai oleh suara gelak tawa peserta.
” Terimakasih saya sampaikan. Setelah menjalani workshop ini, saya yang tadinya tidak dapat menulis, akhirnya bisa menulis puisi. Tadi, saat saya membaca karya saya lalu mendapat aplous dari teman-teman guru, saya senang sekali,” ungkap Ibu Hadiah, guru ekonomi MAN Kota Surabaya. Beliau adalah guru senior MAN Kota Surabaya.
Sementara itu, Bapak Umar Faruk, merefleksi pelatihan ini sebagai sebuah perspektif yang luar biasa. Beliau mulai terbuka tentang kepenulisan.

Bapak Fathorrahman, Prof Anas Ahmadi, para wakil kepala madrasah serta para guru peserta workshop, saat penutupan.
”Yang jelas, luar biasa pengalaman workshop dua hari ini. Ternyata, menulis itu tidak sesulit seperti apa yang kita banyangkan. Ide itu ternyata bertebaran dimana-mana. Insya Allah, otak kanan kami sudah terbuka. Apa pun bentuk tulisan itu, sangat bisa. Ini adalah perspektif yang luar biasa, ” kata Bapak Umar Faruk, guru PAI, saat memberi refleksi terhadap kegiatan workshop hari ini.
”Tidak hanya karya bersama, tetapi kami juga membutuhkan karya dari Bapak Ibu secara perorangan. Hal ini nanti akan bisa menjadi contoh bagi anak-anak,” kata Bapak Fathorrahman saat menutup kegiatan. Tentu saja workshop ini berjalan tidak hanya sebagai upaya rutinitas tahunan para guru. Lebih dari itu, proses produktif guru dalam menciptakan karya kreatif akan mampu menginspirasi para siswa untuk berkarya dalam inovasi. Sebuah pembelajaran yang sangat bermakna untuk semua.
Wiji Laelatul Jum ah ( Humas, Pembina Ekstrakurikuler Jurnalistik MAN Kota Surabaya)
#KementrianSemuaAgama#