#kankemenagkotasurabaya#
#mankotasurabaya#
#hadirsebagaiinspirasi#
(Surabaya-MAN Kota Surabaya) Hari ini,Senin 29 September 2025, pada siang yang terik, di dalam gedung DBL arena, di Jalan Ahmad Yani 88, Surabaya, berubah menjadi lautan sorak sorai. Tepat pukul 12.30, di dalam Gedung DBL tersebut, dentuman semangat mengalir deras. Lapangan basket tak sekadar menjadi arena pertandingan, melainkan gelanggang tempat keberanian, persahabatan, dan kerja keras diuji. Tim basket MAN Kota Surabaya berjumpa dengan SMAN 1 Kebomas Gresik dalam laga penentuan penyisihan Grup R DBL Basketball Surabaya.
Pertandingan berlangsung seru dan mendebarkan. Sejak menit awal, kedua tim langsung mengeluarkan seluruh kemampuannya. Irama cepat bola, umpan silang yang tajam, hingga benturan strategi offense dan defense membuat penonton seolah menahan napas. Gol demi gol tercipta dari ketangguhan tim MAN Kota Surabaya. Tembakan tiga angka meluncur bak kilat, lay-up menusuk dengan cermat, dan skor terus bertambah. Hingga peluit panjang berbunyi, papan skor menutup cerita: 24–11 untuk kemenangan MAN Kota Surabaya.
Di tribun, lebih dari 500 siswa MAN Kota Surabaya bergemuruh. Mereka adalah Armanster, organisasi suporter yang sejak jauh hari telah menyiapkan diri. Spanduk raksasa yang terbentang di tribun hari ini lahir dari kerja keras anak-anak di halaman madrasah. Di situlah, di halaman madrasah, di bawah terik matahari, mereka menggambar, mengecat, dan menata warna. Semua itu hanya untuk memberi pesan sederhana: tim mereka tidak sendiri. Di balik peluh, ada cinta dan solidaritas yang menguatkan.

Tim basket MAN Kota Surabaya, tangkas di lapangan
Para siswa MAN Kota Surabaya berbaris rapi, menyulut suasana dengan bendera besar yang dikibarkan, spanduk raksasa yang terbentang, dan irama perkusi dari seperangkat alat musik yang mereka bawa. Setiap dentuman drum, menyatu dengan teriakan yel-yel lantang yang menggema, menggetarkan ruang, seakan menjadi denyut nadi tambahan bagi tim basket mereka yang tengah bertanding.

Spanduk raksasa karya siswa, membentang begitu gagah di arena tribun DBL Surabaya.
Dari tribun, warna kostum kebanggaan madrasah itu menjelma menjadi simbol persaudaraan. Yel-yel dan lagu perjuangan yang mereka lantunkan bukan sekadar lantang, melainkan doa bersama yang dikirimkan lewat udara, menembus hati para pemain yang tengah berlari, melompat, dan berjuang merebut bola. Nafas semangat itu terasa menular—para pemain seakan menemukan energi baru setiap kali sorak-sorai suporter meledak.
Lebih dari sekadar dukungan olahraga, aksi itu adalah pelajaran hidup. Bendera yang berkibar mengingatkan bahwa kebersamaan adalah tiang utama. Spanduk raksasa yang terbentang adalah cermin bahwa cita-cita besar hanya dapat diraih bila semua saling menopang. Musik dan lagu yang menggema adalah harmoni, pesan bahwa perjuangan akan lebih ringan bila dijalani bersama.
Mereka belajar bahwa semangat tidak hanya tercipta di lapangan, tetapi juga di hati mereka yang rela hadir, bersuara, dan menghidupkan suasana. Sebagaimana kehidupan, pertandingan juga memerlukan sorak dukungan. Setiap orang butuh energi dari lingkaran terdekatnya, agar langkah tidak pernah runtuh di tengah perjalanan.

Tim dance MAN Kota Surabaya, santun, cantik dan modis dalam penampilan. Mereka adalah cermin identitas bahwa kesopanan dan estetika bisa menyatu dalam hingar bingar olahraga modern.
Fahima, salah satu suporter, tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya. “Pertandingan basket tadi bener-bener seruuu banget, Bu. Dari awal sampai akhir kita semua jadi ikut tegang, tapi juga sambil teriak-teriak dukung teman. Menurut saya pengalaman kayak gini bisa jadi core memories banget buat anak SMA. Jarang ada momen yang bikin kita kompak, ketawa bareng, teriak bareng. Pasti bakal jadi kenangan yang selalu diingat sampai nanti-nanti,” ucapnya dengan mata berbinar.
Pertandingan kian semarak saat tim dance MAN Kota Surabaya tampil di jeda babak kedua dan ketiga. Dengan busana hitam sopan berpadu topi modis, gerakan ritmis mereka bukan sekadar hiburan, melainkan cermin identitas: bahwa kesopanan dan estetika bisa menyatu, bahkan dalam hingar bingar olahraga modern.
Namun kemenangan bukanlah akhir. Pak Yudha Kurniawan, guru pembina olahraga prestasi MAN Kota Surabaya, menyampaikan pesan penuh makna. “Tetap semangat, terus berlatih. Kekalahan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal perjalanan yang lebih matang. Tidak semua pertarungan akan dimenangkan, tapi rahasia sejati adalah belajar dari setiap kekalahan. Menerima kekalahan dengan rendah hati adalah tanda kebesaran jiwa. Ingatlah, kalian tidak pernah sendiri. Ada Armanster, ada bapak ibu guru, ada madrasah yang mendukung kalian. Teruslah bangun komunikasi, kebersamaan, dan jangan berhenti belajar,” ujarnya dengan nada hangat.

Tim basket MAN Kota Surabaya (kostum putih) tangkas berjuang untuk meraih kemenangan.
Pandangan senada disampaikan Ibu Noeri, guru matematika yang hadir di tribun. “Pertandingan hari ini sangat seru. Pemain MAN Kota Surabaya punya strategi offense yang tajam, mampu menyerang dan mencetak skor sebanyak mungkin. Defense mereka juga luar biasa, membuat lawan kesulitan menyeimbangkan skor. MAN memang pantas unggul,” katanya penuh bangga.
Meski kemenangan diraih, ada cerita getir dari lapangan. Zaki Firmansyah Sadewa, salah satu pemain, mengaku masih merasa kurang puas. “Dari personal saya ya Bu, saya merasa kurang puas karena nggak bisa tampil selayaknya akibat cedera di kaki. Tapi di sisi lain saya senang, kemenangan ini bukan hal instan. Teman-teman sudah mengorbankan tenaga, mental, dan waktu. Untuk DBL ini, kami latihan keras berbulan-bulan, dari awalnya hanya Selasa dan Kamis, ditambah Sabtu, bahkan Minggu latihan fisik. Jelas butuh tenaga, biaya, dan pengorbanan. Tapi alhamdulillah, semua terbayar dengan hasil ini,” tuturnya lirih, sekaligus penuh syukur.
Dari peluh yang jatuh di lapangan hingga suara-suara serak di tribun, pertandingan ini lebih dari sekadar olahraga. Ia adalah kisah tentang semangat anak muda yang belajar arti perjuangan: bahwa mimpi hanya bisa diwujudkan dengan ikhtiar, bahwa kekompakan jauh lebih berharga daripada sekadar skor, dan bahwa istiqomah serta pantang menyerah adalah modal menghadapi masa depan.

Suporter MAN Kota Surabaya, (kostum hitam yang berdiri di tribun) memberi nafas semangat kemenangan.
Di tengah kondisi bangsa yang penuh tantangan, energi anak-anak muda ini menjadi oase harapan. Mereka mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukan sekadar angka di papan skor, melainkan keberanian untuk berjuang, keikhlasan menerima hasil, dan keyakinan bahwa masa depan selalu bisa dibangun dengan semangat, kerja keras, dan persaudaraan.
Mungkin esok, mereka tidak lagi duduk di tribun basket, melainkan di arena kehidupan yang lebih luas. Namun gema hari ini akan selalu menjadi pengingat: bahwa suara kebersamaan mampu menyalakan api keberanian. Dan dari semangat itulah, generasi muda Surabaya—terutama siswa MAN Kota Surabaya—diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang kokoh, penuh gairah, dan tak gentar menghadapi tantangan zaman.
Wiji Laelatul Jum ah ( Humas, Pembina Ekstrakurikuler Jurnalistik MAN Kota Surabaya )
#KementrianSemuaAgama#
